Perkembangan titah manusia sebagai makhluk
di bumi ini, sudah sejak Adam dan Hawa dengan segala dinamikanya, yang
melahirkan idealisme baik dalam bidang teologi, budaya, ekonomi maupun sosial
politik. Dalam pemahaman konteks terkini, dunia mengalami proses modernisasi
besar-besaran di segala bidang yang selalu melibatkan globalisasi. Perubahan
secara menyeluruh inilah selalu berdampak dengan terjadinya pertemuan dari
berbagai budaya yang memunculkan pluralisme. Dalam hal ini budaya barat dengan
unsur yang lebih maju, semakin menggeser budaya lokal yang bersifat tradisional
dan pada akhirnya faham kapitalis sulit untuk di cegah pengaruhnya, sehingga dampak
tersisihnya unsur lokal dari kehidupan masyarakat kian hari kian terasa.
Hal ini berakibat pada perubahan sosial yang
bersifat linier yang senantiasa menuju ke arah kemajuan, beradu dengan
pandangan unilinier yang cenderung mengagung-agungkan masa lampau.
Terdapat beberapa teori modern mengenai
perubahan sosial yakni teori modernisasi, teori ketergantungan, dan teori
sistem dunia. Jadi, negara-negara yang dominan akan mempengaruhi negara-negara
berkembang maka budaya luar secara tidak sengaja juga akan mempengaruhi budaya
lokal.
Perubahan-perubahan itu akan mengakibatkan
goncangan dan kekacauan besar, karena perubahan tersebut terjadi sangat cepat
dan tidak seimbang, sehingga institusi-institusi sosial tidak mempunyai cukup
waktu untuk berkembang sehingga mereka tidak dapat menjaga keseimbangan,
sementara budaya tradisi sulit menyesuaikan diri untuk memunculkan tatanan baru.
Untuk menghadapi modernisasi sikap orang bisa
bermacam-macam. Ada yang kehilangan sensibilitasnya, ada yang sekedar
mengadopsi kreasi impor, ada yang mengambil jarak dengan penuh waspada, ada
yang membagi dirinya menjadi dua yakni hidup secara spiritual sesuai dengan
keyakinan lama dan hidup secara fisik sesuai dengan kondisi terkini, dan ada
pula yang mencoba mengekspresikan keberagamaan mereka dalam aktivitas-aktivitas
pluralis ciptaannya.
Dari kenyataan semacam ini, dalam era
modern pelaku seni sering dihadapkan pada sebuah tantangan, di antaranya adalah
menjawab pertanyaan tentang di mana posisi Seni dalam kehidupan modern serta
bentuk seni yang bagaimana yang harus ditampilkan guna menghadapi modernisasi.
S. Soedjojono menyatakan seni adalah
otonomi, dengan semboyannya "seni harus berjiwa nampak". Gaya
ekspresionisme waktu itu sangat diyakini memiliki nilai universal.
Universalitas nilai estetik, individualisme, orisinalitas, menekuni "satu
gaya" menjadi ciri utama modernisme yang membawa pembaruan dengan istilah
humanisme universal. Modernisme di Indonesia kemudian dikembangkan oleh Seni
Rupa ITB dengan gaya kubistis, lalu berkembang ke arah abstrak formalisme yang
pada zaman Lekra ditentang dimana seni harus dapat dimanfaatkan sebagai sarana
sosial dan politik - sebuah perlawanan kultural yang disebut "Seni
Realisme Sosial". Prinsipnya, seni tidak otonom, melainkan sebagai
alat/propaganda, dipakai melakukan perbuatan sosial sebagai pengaruh marxism Soviet.
Berawal dari pemikiran inilah Himpunan
Pelukis eks-Karesidenan Madiun mengajak perupa di daerah Madiun dan sekitarnya
untuk berkarya seni rupa dengan tema “Budaya Tradisional ditengah
Modernisasi” sesuai dengan format dan pengejawantahan masing-masing perupa.
KETENTUAN PAMERAN
a. Tema : “Budaya Tradisional ditengah
Modernisasi”
b. Ketentuan Umum Pameran
1.
Karya 3 dimensi dikerjakan dengan media,
format, teknik, gaya yang bebas dan tidak bertentangan dengan norma kesopanan
2.
Karya 2 dimensi ukuran sisi minimal 90 cm,
dengan media, format, teknik, gaya bebas.
3.
Karya yang di ikutsertakan diharapkan
belum pernah di publikasikan/dipamerkan
4.
Menyerahkan Biodata lengkap di sertai
diskripsi singkat karya yang dipamerkan
5.
Peserta adalah perupa yang berdomisili di
eks- Karesidenan Madiun dan Peserta Undangan
6.
Karya merupakan buatan tahun 2014.
7.
Mengumpulkan karya/foto karya dan Biodata paling lambat 3 Agustus 2014 di
sekretariat HISMA. Dengan alamat Bapak Rulianto, Jl. Rawa Bhakti No. 61
8.
Karya lain yang akan dipamerkan dapat dikirim
ke sekretariat HISMA atau diantar sendiri ke tempat pameran (Hub. Sdr Kiska
Ariyadi) dalam keadaan siap pajang dan
di balik karya di tempel Keterangan Karya.
9.
Karya yang akan dipamerkan dan masuk
katalog akan diseleksi oleh panitia
10.
Panitia Pameran tidak memungut biaya.
11.
Panitia tidak menanggung biaya
transportasi karya peserta dalam Kota/Kab. Madiun. Tetapi akan berusaha menjaga
keamanannya. Untuk peserta luar kota diusahakan ada pengganti transport
(menyesuaikan dana)
12.
Peserta Pameran diharap membantu seluruh
kegiatan dari awal sampai akhir.
13.
Peserta yang menyerahkan berkas/karya
melebihi batas waktu yang ditentukan, Dianggap Tidak mengikuti Pameran.
c. Pelaksanaan :
23 – 27 Agustus 2014
d. Tempat
:
Alun-Alun Caruban Kabupaten Madiun
e. Alamat
Pengiriman Karya dan Biodata:
Sekretariat HISMA (Bpk.Rulianto)
Jl. Rawa Bhakti 61 Madiun hp. 081231871992
Kontak Person :
Kiska Ariyadi Hp :
082141586591
Bambang Irawanto Hp : 0818342936
Atau : bambang_madiun@yahoo.com
Download undangan: Klik disini
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar.....